April 21, 2023

Menyikapi Tantangan: Artificial Intelligence dan Masa Depan Pekerjaan

artificial-intelligence-dan-masa-depan-pekerjaan

Sampai detik ini, peran artificial intelligence dan masa depan pekerjaan masih ramai diperbincangkan di masyarakat.

AI menyelesaikan tugas monoton secepat kilat dengan sesedikit mungkin kesalahan dan bahkan memproduksi konten sendiri.  Sebagai sebuah sistem, AI bisa bekerja di luar jam kantor dan tidak banyak menuntut.

Sebaliknya, AI juga memiliki beberapa kelemahan dan dampak buruk bagi kehidupan manusia. AI harus mengikuti formula tertentu setelah melalui pelatihan panjang. Dengan kata lain, AI masih kesulitan mengatasi hal yang kompleks, tidak diketahui, dan tidak terstruktur

Bidang dan Profesi yang Terkena Dampak

Sejumlah profesi akan tergantikan sepenuhnya oleh AI. Sedangkan profesi lain masih bisa bertahan, tetapi mungkin perlu melakukan penyesuaian. Secara umum, pekerja kerah biru akan lebih dirugikan daripada pekerja kerah putih.

Profesi yang rentan tergusur

Dari berbagai bidang, agrikultur, industri, dan kesehatan akan cukup terguncang di era AI.

Contoh pekerjaan: buruh pabrik, akuntan, radiolog, dll.

Profesi yang cukup aman

Karena AI tidak akan tercipta dan berfungsi tanpa teknologi, maka pekerja di bidang rekayasa perangkat lunak dan robotika masih dibutuhkan. Profesi yang melibatkan aspek sosial dan kemanusian juga akan sulit tergantikan.

Contoh: AI training engineer, teknisi, programmer, terapis, pekerja sosial, dll.

AI = Pekerjaan Baru?

Jadi, bagaimana hubungan antara artificial intelligence dan masa depan pekerjaan? Secara global, 1 miliar orang akan kehilangan pekerjaan mereka dalam sepuluh tahun ke depan karena AI, dan 375 juta pekerjaan berisiko terancam akibat otomatisasi AI (Kolmar, 2023). Akan tetapi, sejumlah pihak bersikap positif dengan mengatakan bahwa banyak pekerjaan baru akan muncul karena beberapa alasan berikut.

1.   AI tetaplah mesin

Marx (2023) berkata, “robots and chatbots aren’t replacing humans, they’re just keeping the people out of sight and out of mind.” AI masih membutuhkan manusia untuk menambah data, melatih, mengoperasikan mesin, dsb.

Misalnya, di balik restoran cepat saji dengan layanan drive thru-nya ada pegawai yang memasak makanan dan membungkusnya untuk pembeli. Contoh lainnya adalah prorgram ChatGPT dan Dall-E. Meski keduanya mampu menghasilkan konten yang baik, manusia perlu memeriksa bias dan error mungkin muncul.

2.   Kebutuhan akan emosi (empati) dan inteligensi  sosial

Mengingat emosi dan inteligensi sosial adalah sifat bawaan manusia, sejumlah hal memang tidak akan pernah bisa digantikan oleh mesin. Guru, editor, dan pengacara adalah beberapa contoh profesi yang akan sulit ditiru oleh AI.

3.   Berkaca dari sejarah

Para ahli menggunakan nasib para petani pada revolusi industri sebagai perbandingan. Chris Nicholson (CEO perusahaan Skymind.AI) menambahkan kalau setelah revolusi industri, di Inggris justru ada lebih banyak pekerjaan meskipun jenisnya berbeda. Dengan demikian, mereka memperkirakan bahwa hal serupa akan terjadi pada AI.

Baca juga : Contoh Penerapan Artificial Intelligence: Otomotif, Perbankan, Militer, dan Perhotelan

Faktor yang Harus Dipertimbangkan

Kalau AI memang akan “menguasai” dunia, maka yang bisa dilakukan adalah mencoba menghadapinya sebaik mungkin. Walaupun masih ada peluang mendapatkan pekerjaan di era serba AI, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1.   Masalah upah

Keunggulan utama AI adalah meningkatkan produktiviats dan efisiensi. Namun, perusahaan kesulitan untuk menghitung berapa upah yang layak beserta tunjangan lainnya untuk para pekerja. Yang menyedihkan adalah fakta bahwa beberapa pihak memanfaatkan hal ini dengan merekrut microworker dengan upah rendah. Mereka bertugas untuk mengumpulkan, menganalisis dan memilah data yang akan digunakan untuk program AI.

2.   Harus mempelajari skill baru

Skill yang berkaitan dengan komputer dan mesin tentu akan menjadi modal penting dalam menghadapi AI. Manusia pun dipaksa mempelajari hal-hal baru dan ini pasti akan memakan waktu. Alih-alih belajar pemrograman yang rumit, sejumlah ahli menyimpulkan bahwa manusia hanya perlu belajar skill dasar saja misalnya komunikasi verbal dan tertulis, kecerdasan emosional, problem solving, dsb. Selain itu, sudah ada kursus/pelatihan gratis maupun berbayar yang membahas AI dan skill yang dibutuhkan.

3.   Perekrutan menggunakan AI

Walaupun AI mempermudah tugas manajer perekrutan, studi mengungkapkan bahwa 75 kandidat yang berkualifikasi ditolak oleh program ATS karena tidak bisa dibaca. Pendeknya, hal ini bisa menghapus kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan (Konop, 2014 dalam Forbes). Belum lagi bias algoritma AI yang lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu.

Tips untuk menghadapi masalah ini adalah “melawan AI dengan AI”. Program-program seperti Jobscan, Jobseer, dan Rezi bisa dimanfaatkan untuk membuat resume. Mereka dirancang untuk “mengalahkan” sistem ATS sehingga kandidat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk lolos seleksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat Whatsapp
1
Butuh bantuan digital? Chat kami!
Tim Digiten senantiasa membantu anda di balik layar. Konsultasikan masalahmu sekarang!
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram