Sadar atau tidak, kita pasti merasakan dampak positif dan negatif artificial intelligence. Seperti halnya ciptaan manusia lainnya, AI bukanlah “makhluk” yang sempurna. Sejumlah pekerjaan memang bisa diselesaikan dengan mudah oleh AI. Namun, AI juga memiliki kekurangan yang membuatnya “kurang populer”.
Dampak positif dan negatif artificial intelligence muncul baik karena kecerdasan AI itu sendiri dan juga manusia sebagai pencipta dan pengguna utamanya. Selain bidang ekonomi, aspek sosial juga terpengaruh oleh perkembangan AI.
Manusia bisa melakukan kesalahan karena berbagai alasan misalnya lelah atau kurang pengalaman. Membaca, memproses, menganalisis, dan menginterpretasi data adalah beberapa pekerjaan dimana kesalahan sering terjadi. Artificial intelligence sudah diprogram dengan algoritma tertentu sehingga hasil pekerjaan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.
Rata-rata waktu bekerja manusia adalah 4-6 jam/hari. Tidak seperti manusia yang membutuhkan istirahat dan rekreasi, AI bisa bekerja 24 jam sehari tanpa henti. Perusahaan memanfaatkan AI dalam customer service jika pelanggan sewaktu-waktu perlu bantuan. Tempat-tempat seperti universitas, rumah sakit, dan kantor polisi bahkan menggunakan AI pada helpline center mereka.
Di dunia ini ada pekerjaan yang berbahaya bagi manusia sehingga robot AI adalah kandidiat yang tepat sebagai pengganti. Berbeda dengan manusia, robot yang rusak bisa diperbaiki atau diganti dengan yang baru tanpa perlu merasa terlalu bersalah. Contoh: misi ke luar angkasa, menjinakkan bom, dan proyek pertambangan batubara.
Dalam situasi genting, manusia dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat. Akan tetapi, manusia cenderung lebih lambat karena ikut mempertimbangkan sisi emosional dan kepraktisan. AI dengan data dan algoritmanya menganalisis situasi dan menyarankan tindakan apa yang diambil tanpa bertele-tele. Contoh: gim online dimana manusia beradu strategi dengan mesin untuk menang.
Salah satu fakta yang tidak banyak diketahui adalah bahwa biaya listrik untuk mengoperasikan satu language model AI saja bisa mencapai $4,6 juta (Rp68 triliun). Demi memenuhi permintaan terbaru, AI harus diperbarui dan dievalausi secara rutin baik dalam hal hardware dan software. Bagi publik, AI mungkin murah, tetapi bagi perusahaan berinvestasi pada AI bisa berarti menghabiskan seluruh keberuntungan mereka.
Baca juga : Cara Kerja Artificial Intelligence: Konsep, Kemampuan, dan Faktor Pendukung
Dengan hanya mengklik atau mengetik perintah, pekerjaan bisa selesai dalam sekejap. Tanpa disadari manusia mulai bergantung pada kemudahan-kemudahan yang diberikan AI. Akibatnya, orang menjadi malas dan dalam jangka hal ini akan memengaruhi kualitas kecerdasan manusia.
Tidak mungkin bagi AI untuk menjalin kerja sama dua arah seperti yang dilakukan manusia dalam sebuah tim. Sejumlah profesi menuntut pelayanan yang manusiawi karena emosi turut menentukan hasil. Contoh: terapis yang bekerja di RS tidak hanya membantu kesembuhan pasien secara fisik, tetapi juga emosional. Di sini, sulit membayangkan AI bersimpati pada pasien yang sedang sakit.
Data yang dimiliki AI bisa jadi diambil tanpa persetujuan orang yang bersangkutan meski dengan dalih membantu manusia. Mirip dengan kasus bom nuklir, Einstein pasti tidak mengira bahwa penemuannya malah membunuh banyak nyawa tak berdosa. Berbagai macam masalah bisa timbul karena penyalahgunaan AI mulai dari plagiarisme, cyber-attack, hingga pembuatan senjata otonom.
Secara khusus, setiap pengguna teknologi perlu mengetahui dampak positif dan negatif artificial intelligence. Kemudian, manusia harus memikirkan cara supaya manfaat AI bisa ditingkatkan dan risiko yang menyertainya dikurangi.
