Perkembangan IoT di Indonesia cukup signifikan meski masih perlu perbaikan. IoT menjadi faktor vital jika pemerintah Indonesia ingin masuk ke dalam 10 besar world economy pada tahun 2030.
Ketika berbicara tentang IoT, salah satu yang terpikirkan adalah peluang pasar. Pada tahun 2022 saja, potensi pasar IoT sudah mencapai Rp372 triliun, sebuah angka yang fantastis. Tujuh sektor yang banyak menyumbang adalah kesehatan, makanan, minuman, pertanian, perkebunan, perminyakan, dan tambang. Secara rinci persentase layanan IoT di Indonesia adalah sebagai berikut: aplikasi 45%, platform 33%, perangkat 13%, serta jaringan 9% (Haryanto, 2023).
Indonesia memutuskan untuk memakai IoT untuk meningkatkan efisiensi, operasional, produktivitas, penjualan, dan kualitas kesehatan dan keamanan. Dalam penerapannya, pemerintah harus fokus pada empat faktor yaitu sumber daya manusia, investasi, teknologi (khususnya infrastruktur digital), dan tata kelola.
Perkembangan IoT disambut baik mengingat kondisi sektor kesehatan Indonesia yang timpang dimana rasio jumlah dokter spesialis dan jumlah pendukuk adalah 0,4 dokter per 1000 penduduk. IoT berkontribusi dalam peningkatan kualitas kesehatan mulai dari farmasi hingga peralatan medis. IoT telah berhasil meringankan beban kerja dokter dan petugas media yang tersebar di berbagai tempat seperti klinik dan rumah sakit.
Aplikasi Alodokter saja sudah merekam 30 juta pemakaian aktif yang jumlahnya lebih tinggi sebelum pandemi. Aplikasi kesehatan ini juga bekerja sama dengan aplikasi lain misalnya Grab dan Gojek. Beberapa fungsi IoT di sini yaitu mengumpulkan dan menyimpan data pasien, melayani pengiriman obat, dll. Dengan IoT, rumah sakit dan dokter mampu menjangkau lebih banyak pasien dalam jarak jauh dan masyarakat bisa memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Perkembangan IoT di Indonesia berikutnya adalah di bidang pendidikan. Selama pandemi banyak sekolah terpaksa tutup, guru kesulitan mengajar, dan siswa harus tinggal di rumah. Akibatnya, mau tidak mau pembelajaran daring diterapkan sebagai solusi. Beberapa platform lokal seperti Ruangguru dan Harukaedu telah mengubah ide pembelajaran tatap muka di kelas. Bahkan siswa bisa dengan mudah mengakses materi dan latihan pada platform tersebut.
Sebagai salah satu perguruan ternama di Indonesia, ITB (Institut Teknologi Bandung) telah meresmikan “Internet of Things (IoT) and Future Digital Economy Laboratorium” pada tahun 2019 lalu. Laboratorium ini memiliki beragam fungsi, beberapa di antaranya adalah sebagai tempat riset, dan pelatihan mengenai IoT. Ke depannya, ITB berharap bahwa hasil riset dapat diimplementasikan dalam skala besar sekalgus mendorong inovasi dan kemajuan teknologi secara umum.
Sebagai salah satu kontributor ekonomi terbesar di Indonesia, sektor industri termasuk sektor yang sering memakai IoT. IoT juga turut membuka jalan bagi Indonesia menuju revolusi industri 4.0. Dalam sektor industri, kurang lebih ada empat bidang yang mendapatkan manfaat dari IoT yaitu energi, manufaktur, retail, logistik, dan transportasi.
Contoh
Sensor pada perangkat industri membantu menentukan jenis kendaraan yang harus digunakan, siapa pengemudi yang bertugas, dan memeriksa kondisi kontainer. Pada beberapa produk yang sensitif misalnya makanan dan obat-obatan, IoT ikut memantau suhu dalam kontainer yang memengaruhi kualitas produk selama pengiriman.
Baca juga : Macam macam IoT
Walaupun perkembangan IoT di Indonesia cukup menjanjikan, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sejumlah tantangan dan hambatan yang perlu dihadapi. Selain kondisi geografi dan pemerataan infrastruktur jaringan, masalah kemanan, privasi, dan kesehatan fisik dan mental pengguna perlu diperhatikan.
Berikut ini adalah beberapa upaya telah dilakukan pemerintah dalam mendukung perkembangan IoT.