Seiring perkembangan teknologi yang makin canggih, mulai muncul pula kekhawatiran akan dampak & bahaya artificial intelligence. Mengetahui dampak & bahaya artificial intelligence berarti bersiap menangani masalah yang mungkin muncul. Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Jangan lupa bahwa manusialah yang membuat AI dan berprasangka adalah sifat alami manusia. Prasangka yang dimaksud di sini biasanya terkait dengan isu-isu gender dan rasisme, padahal AI seharusnya netral. Para ilmuwan dan peneliti AI juga cenderung untuk memasukkan informasi dan memprogram AI berdasarkan gaya hidup dan latar belakang mereka sendiri.
Bias algoritma sangat merugikan pihak minoritas atau mereka yang lemah. Berikut ini adalah beberapa contoh dampak yang disebabkan bias algoritma.
Deepfake yang menggunakan teknologi AI memungkinkan pengguna untuk mengubah suara atau wajah pada gambar dan video. Meski awalnya mungkin dilakukan sebagai hiburan, saat ini deepfake telah dijadikan alat propaganda dalam bidang politik dan sosial.
Akibatnya, orang semakin kesulitan untuk membedakan mana yang asli dan palsu. Jika tidak bisa membedakan antara kenyataan dan tipuan, manusia bisa selalu curiga dengan apa yang didengar dan dilihat.
Masalah pengangguran yang sudah ada bisa diperparah dengan adanya AI. Namun, saat ini sulit bagi banyak perusahaan untuk meninggalkan AI. Faktanya, AI berhasil melebihi manusia dalam berbagai aspek misalnya bisa bekerja tanpa istirahat dan minim kesalahan.
Sejumlah ahli menyatakan bahwa AI akan mengambil alih 16% pekerjaan manusia dalam sepuluh tahun mendatang (Manish, 2022). Sedangkan hasil stastistik mengungkapkan bahwa 80 juta pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI (PWC).
Sebagai contoh, orang berpendidikan rendah dan tenaga kerja asing akan terkena imbas AI. Namun, para lulusan perguruan tinggi pun masih bisa tergantikan oleh AI.
Baca juga : Sejarah & Tujuan Artificial Intelligence
Sejarah perang di dunia dan akibat yang ditimbulkannya memiliki beragam dampak. AI bisa digunakan sebagai perlindungan terhadap serangan musuh. Di sisi lain, pembuatan senjata otonom bisa memulai perselisihan dan peperangan.
Menyikapi isu sensitif ini, lebih dari 30.000 orang termasuk di antaranya peneliti AI dan robotika menyatakan penolakan mereka terhadap investasi untuk membangun senjata otonom berbasis AI. Open letter ini dipublikasikan melalui situs Future of Life Institute di tahun 2016.
Kalaupun negara-negara adidaya tidak berniat memakai senjata otonom ini, pada kenyataannya mereka telah mencoba mengembangkannya. Yang lebih berbahaya adalah apabila informasi mengenai senjata tersebut berhasil diretas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sayangnya, di dunia ini masih ada orang gila yang berniat membuat bencana.
Dampak & bahaya artificial intelligence adalah hal yang nyata dan perlu diperhatikan. Dalam skala global, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk membuat regulasi yang mengatur pembuatan dan pemakaian AI.
Di samping itu, perlu diadakan pelatihan dimana orang bisa belajar dan berdiskusi tentang AI. Terakhir, aspek kemanusiaan perlu ditekankan lagi dalam AI dan juga teknologi lain.
