Pay per lead adalah strategi marketing yang dibayarkan berdasarkan performa. Artinya perusahaan pemasaran harus memberikan hasil terlebih dahulu sebelum mendapat bayaran. Cara ini dianggap win-win solution bagi kedua pihak dimana anda hanya membayar iklan setiap kali ada konsumen yang tertarik dengan penawaran anda. Hal ini bisa dalam bentuk "sign up" di akun anda, atau meninggalkan email yang bisa anda gunakan untuk pemasaran berikutnya.
Pay per lead berbeda dengan model pemasaran lainnya seperti cost per mile (CPM) dan cost per click (CPC) yang mewajibkan anda membayar untuk klik dan view. Tapi di PPL, anda hanya wajib membayar saat ada orang yang tertarik dengan penawaran anda, tak peduli dengan jumlah klik atau impresinya.
Di era digital yang semakin berkembang seperti sekarang, tentu persaingan juga semakin tinggi. Banyak sekali bisnis yang mengeluhkan bagaimana cara menarik calon klien. Terlepas dari banyaknya uang yang digelontorkan untuk iklan, hal ini tidak akan menjamin kalau iklan tersebut berhasil menjangkau orang yang tepat.
Salah satu cara untuk meminimalisir borosnya uang yang digelontorkan saat kampanye adalah dengan menarik lead. Lead adalah individu yang menunjukkan ketertarikan pada jasa atau produk.
Nah, bila bisnis anda berada dalam kompetisi yang sengit, dan bila “lead” yang anda cari sulit didapatkan, maka model marketing pay per lead adalah jawabannya.
Mengapa demikan?
Jawabannya simpel! Dari definisinya, pembayaran dilakukan hanya saat lead tersedia. Dengan kata lain metode ini jadi lebih efektif dari segi biaya.
Kalau dilihat dari sudut pandang marketing, "lead" artinya seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap penawaran brand. Biasanya bisa ditemukan dengan banyak cara baik itu melalui informasi demografi atau melakukan tracking pada ketertarikan mereka di sosial media.
Meski demikian, anda perlu ingat bahwa tidak semua "lead" itu bagus. Dalam hal ini "Lead" yang berkualitas jauh lebih penting dari pada jumlahnya.
Sebagai contoh, sebuah brand bisa saja menjalankan iklan di berbagai sosial media. Saat mereka menerima banyak klien baru dari iklan mereka, sangat tidak efektif bila memutuskan mencari klien baru lagi.
Coba kita pikirkan lagi. Misalnya sebuah iklan muncul di feed 100 orang. Seberapa banyak dari 100 orang ini akan muncul jadi klien potensial? Tentunya hal ini akan bergantung pada produk.
Nah, dari sinilah mencari "lead" yang berkualitas jadi penting. Anda wajib tahu target demografinya. Misalnya, bisnis perhiasan akan lebih baik memasang iklan dengan target wanita muda ketimbang target yang tertarik dengan fashion.
Cara kerja sistem pay per lead ini cukup sederhana. Saat anda memasang iklan dan audiens mengkliknya, maka audiens ini nantinya akan dikirim ke landing page. Nah, di sana mereka akan diarahkan untuk mendaftar program yang anda tawarkan entah itu dalam bentuk iming-iming kupon, mailing list, diskon, dan lain sebagainya. Nah, program ini pun bersifat terbatas agar audiens merasa ada urgensi untuk mendaftar.
Jika para audiens ini akhirnya memutuskan untuk mendaftar, ini artinya anda sudah mendapatkan "lead". Kemudian, penerbit yang membantu memasangkan iklan anda akan mendapatkan komisi sesuai dengan yang disepakati sebelumnya.
Mengukur iklan CPL sangatlah mudah. Anda bisa menghitung CPL dengan cara membagikan keseluruhan biaya iklan dengan jumlah “lead” yang anda dapatkan. Total biaya ini mencakup pengeluaran pihak ketiga, pengeluaran iklan dan lainnya.
Baca juga : CPM (Cost Per Mille) : Definisi, Manfaat & Optimasi
Yang paling menguntungkan dari metode pay per lead marketing adalah resiko dan biaya marketing bisa diturunkan. Dengan kata lain, PPL merupakan cara yang baik untuk meningkatkan lead dan juga menurunkan resiko finansial. Bahkan, metode PPL ini mampu meningkatkan penghasilan dari pada cara tradisional seperti kampanye pay-per-click atau SEO/ad.
Jika sebuah brand kesulitan mendapatkan "lead" yang berkualitas, PPL bisa menjadi cara yang paling pas.
Disamping itu, PPL juga bisa memberikan insight tentang demografi sehingga bisa menyederhanakan proses pencarian lead di masa depan.
Berbicara soal biaya, tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan budget anda. Anda bisa berkonsultasi dengan perusahaan digital marketing dan menetapkan kuota iklan yang sesuai dengan budget anda.
Bila bicara soal biaya iklan, sangat krusial untuk mempertimbangkan seberapa banyak uang yang ingin anda habiskan untuk mendapatkan seorang konsumen. Kebanyakan brand menggunakan 10% dari pendapatan.
Misalnya, bila jasa anda seharga Rp. 1.500.000, maka anda harus rela untuk membayar Rp. 150.000 untuk seorang konsumen.
Aspek lain yang wajib dipertimbangkan selain budget adalah tim penjualan. Berapa persen yang berhasil closing dari tim sales anda?
Untuk menghitung cost per lead, anda harus mengalikan biaya akuisisi dengan harga akuisisi. Dengan cara ini anda bisa tahu seberapa banyak yang bisa anda harapkan.
PPL merupakan model pemasaran yang mana perusahaan hanya membayar biaya iklan ketika mereka mendapatkan "leads" yang tertarik dengan produk atau jasa anda.
Dalam hal ini, pihak pemilik bisnis dan agensi marketing akan membuat perjanjian harganya.
Selama proses iklan berjalan, leads yang didapatkan oleh agensi marketing berasal dari "conversion event". "Conversion event" merupakan aksi berupa meminta informasi lebih lanjut tentang bisnis, ikut bergabung untuk mendapatkan newsletter, meninggalkan nomor telepon dan lain sebagainya.
Saat anda sudah mencapai kesepakatan dengan agensi, anda bisa menspekulasi seberapa banyak yang harus dihabiskan dalam satu bulan dan juga seberapa banyak leads yang bisa anda harapkan.
Ingat! Agensi PPL ini hanya akan mendapatkan bayaran berdasarkan daftar "leads" yang tertarik. Dengan perjanjian inilah, anda dijamin hanya mendapatkan "leads" yang berkualitas.
Banyak yang mempertanyakan perbedaan antara pay per lead dan digital marketing, apakah dua istilah ini sama atau tidak.
Ternyata, PPL dan digital marketing sebenarnya tidaklah sama persis. Banyak penyedia jasa pay per lead menggunakan taktik yang berbeda untuk mendapatkan "leads". Sementara itu, digital marketing hanyalah merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh penyedia jasa PPL.
Baca juga : CPC (Cost per Click): Cara Menghitung dan Manfaatnya dalam Bisnis Online
Kesimpulan:
PPL merupakan strategi yang tepat buat anda yang memiliki bisnis dengan kompetisi yang tinggi. Ini juga berlaku buat anda yang kesulitan mendapatkan “leads” yang berkualitas. Maka jawabannya adalah PPL. Dengan metode ini, anda juga akan meminimalisir resiko kampanye yang notabene membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Banyak sekali pemilik bisnis yang mengeluhkan mereka sudah menghabiskan uang banyak tapi tidak juga mendapatkan “lead” yang tertarget. Dengan PPL segalanya berbeda. Selain hemat biaya, anda juga bisa mendapatkan demografinya sehingga data ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan masa depan.